- Back to Home »
- BUKU REVIEW KAUM PEREMPUAN DAN KETIDAKADILAN SOSIAL
Posted by : Unknown
Selasa, 10 Desember 2013
BUKU REVIEW
JUDUL
BUKU : PEREMPUAN DAN KETIDAK ADILAN
SOSIAL
PENULIS : MAHATMA
GANDHI
PENERBIT :PUSTAKA
PELAJAR , YOGYAKARTA 2002.
REVIEWER : ISHAK
HARIYANTO, S. Sos. I.
STUDENT : MAGISTER
FILSAFAT UIN SUNAN KALIJAGA
Sejak
zaman dulu, pendidikan diyakini untuk membuka mata hati dan pikiran demi
perkembangan diri sendiri dan lingkungan sekitar. Namun tidak demikian dalam
persoalan gender. Pendidikan yang dipandang buta terhadap kaum gender yang mengakibatkan ilmu pengetahuan
tidak kritis terhadap persoalan-persoalan perempuan atau bias gender. Pada
umumnya rasionalisasi ilmu pengetahuan menempatkan aspek otak kiri sebagai
wilayah laki-laki dan lekat dengan aspek rasionalisme.
Sebaliknya
kaum perempuan tidak dipandang rasional dan selalu dianggap seolah-olah
perempuan adalah manusia kedua setelah laki-laki dan tidak pernah dipandang
rasional, hanya mahluk lemah, selalu dimarjinalkan dan bahkan secara tidak
sadar kadang-kadang perempuan jadi korban eksperimen kebutaan pendidikan.
Wacana
semacam ini terbukti mendiskualifikasi peran perempuan. Misalnya alat
kontrasepsi untuk mengontrol reproduksi manusia merupakan kebenaran ilmiah
patriarki yang menjadi proses pengalaman perempuan akan seksualitasnya.
Berbagai alat kontrasepsi yang ditanamkan di tubuh perempuan tanpa memikirkan
akibat dan reaksi yang bervariasi pada setiap perempuan, karena alat-alat itu
tidak pernah dikaji ulang berdasarkan pengalaman perempuan.
Oleh
karena itu diperlukan metode belajar yang mampu menganalisis pola-pola
kekuasaan yang memengaruhi keilmiahan suatu ilmu. Sebab tanpa disadari bahan
ajar tersebut dapat menguatkan internalisasi ideologi gender yang bias.
Pengalaman empiris perempuan dapat dikerjakan dengan mendekonstruksi ide atau
gagasan yang bias gender untuk kemudian mendekonstruksi ide atau gagasan baru
dalam kerangka relasi seimbang antara laki-laki dan perempuan.
Dalam
buku perempuan dan ketiakadilan sosial ini, secara kritis ditelaah dibahas oleh
Mahatma Gandhi bagaimana diskriminasi dan dikotomi formal terhadap perempuan
dalam kebijakan sosial yang ada di India, bagaimana posisi kaum perempuan,
kedudukan, perannya sebagai mahluk sosial.
Peran,
kedudukan, dan posisi kaum perempuan disini selalu di diskriminasi, salah satu
contoh kedudukan perempuan seolah-olah dipandang dalam dunia intelektual dan
pendidikan bagaikan barang yang
dititipkan oleh sang pencipta melalui para ibu-ibu yang melahirkan kaum perempuan, sebagai contoh, ketika
seorang perempuan jarang mendapatkan posisi pendidikan sedangkan para kaum maskulin selalu mendapatkan
pendidikan yang baik, karna alasan yang sering muncul yakni; “kaum perempuan
sekolah atau tidak sekolah sudah pasti akan diambil sama seorang pemuda
nantinya”, Jadi seperti yang dikatakan di atas, seolah-olah perempuan itu di
analogikan sebagai barang titipan yang akan siap diambil kapan saja oleh pemiliknya,
jadi mindset yang seperti ini yang ingin dirubah oleh maharmagandhi,
karena seolah-olah pemikiran yang seperti ini adalah pemikiran dalam praktik
memarjinalkan kaum perempuan dalam konteks dunia sosial, sehingga sangat rawan
sekali terjadinya kejahatan-kejahatan dalam
perkawinan usia muda, masih mempertahankan budaya perkawinan masa
anak-anak, derita istri yang masih muda dan banyaknya janda-janda yang masih
kecil yang masih belum siap menanggung beban sebagai makhluk sosial.
Dalam membahas
perempuan dan ketidak adilan sosial ini Mahatma Gandhi ingin memperkenalkan
patologi sosial bagi para pemerhati gender, dan bagaimana langkah-langkah perjuangan
Mahatma Gandhi dalam melihat diskriminasi kaum perempuan secara umum dan
diskriminasi kaum perempuan di india secara khusus mengenai peran, posisi dan
kedudukannya yang harus kita pikirkan sebagai seorang intelektual yang ingin
mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan dan juga harus dapat menemukan pola pemukiman
dengan keunikan budaya, sosial dan ekonomi serta kebutuhan lingkungan
berdasarkan kebutuhan gender.
Pola-pola
perilaku laki-laki, perempuan dan anak-anak memengaruhi desain arsitektur
sosial. Juga dalam kepemimpinan yang selama ini identik dengan laki-laki dapat
ditegaskan dalam mata kuliah perilaku organisasi bahwa kepemimpinan bukan milik
jenis kelamin tertentu dan bagaimana konsekuensi yang dihadapi.
Pemahaman
dan kesadaran bagi intelektual disini
masih dikatakan kurang dilihat dari kacamata sosial dan budaya, karena masih
banyaknya para pelajar yang tidak tahu dan masih apatis terhadap perjuangan kaum perempuan dalam
memperjuangkan hak-hak adanya pilihan dan keadilan sebagai makhluk sosial sebenarnya.
Maka
dari itu dibutuhkan pemahaman yang terus menerus ditelurkan mengenai gender dan
ketidak adilan kaum perempuan dalam dunia sosial dan pendidikan yang seimbang antara relasi laki-laki dengan perempuan yang
dibangun dalam bingkai pendidikan, memberikan sumbangan nyata masyarakat yang
peka gender.
Sumbangan
buku ini amatlah menarik karena ternyata dalam semua ilmu pengetahuan, terdapat
materi yang dapat diselipkan untuk mendidik kaum muda untuk lebih peka gender
dan keadilan sosial.
Pengetahuan
ini menjadi bekal yang menarik dalam menciptakan masyarakat sadar gender di
masa mendatang. Buku ini mencoba mendekonstruksi gagasan atau ide sadar gender
yang ditanamkan dosen kepada mahasiswa. Tentu saja saja penyebarluasan ide ini kian
membantu membangun wacana feminis dalam konteks yang lebih luas.